Siang-siang bolong , selepas kuliah tambahan , nyalain kompie sambil buka-buka file lama.
Muter lagu di Jet Audio tersayang, tiba-tiba terdengar alunan suara Ariel mengalun ketika masih dengan Peterpan-nya.
“Semua Tentang Kita”, itu judul lagunya. Lagu jaman dulu kala dan memang akhirnya mengingatkanku pada masa-masa itu.
Paling ngena banget pas di bait yang ini :
Ada cerita tentang aku dan dia, dan kita bersama saat dulu kala…
Ada cerita tentang masa yang indah, saat kita berduka saat kita tertawa …
…
Teringat disaat kita tertawa bersama, ceritakan semua tentang kita …
Rindu … Rindu … Rindu … Aku benar-benar rindu saat itu.
Rindu padanya. Ingin bertemu. Ingin mengulang kembali masa-masa itu.
Tapi kurasa itu tak mungkin.
Karena semua bermula dari kesalahanku, dan itu merubah segalanya…
My Lovely Friend, seseorang yang kutemui waktu masih polos-polosnya di tahun kedua SMK (*polosss?? Huwexx*). Dia muncul saat aku sedang berjuang melewati rasa sakit hatiku, dikhianati dan dipermainkan oleh beberapa oknum yang sepertinya juga tidak (pernah) sadar bahwa mereka sudah menyakiti hati seseorang disini. Saat mencoba untuk bangkit, membaur bersama orang-orang yang masih terasa asing bagiku. Mencoba mengakrabkan diri dengan mereka yang keberhasilannya hanya sebatas 50%. Saat itulah, dia muncul. Dengan raut muka yang sedikit agak kurang bersahabat, kata-kata yang selalu keluar seenaknya yang terkadang bisa menyakiti hati orang yang mendengar, tangan ringannya yang saaangat ringan sehingga bisa memukul orang seenaknya, maniak komik, anime, dan jepang yang menular sehingga bisa membuatku juga ikut-ikutan jadi 'otaku'.
Awalnya sama sekali tak berniat untuk mengenalnya lebih dalam. Takut tiba-tiba digigit kalo dia mulai marah. Takut tiba-tiba dikaplok kalo dia lagi kesel. Pokoknya warning-warning deh sama manusia satu ini. Tapi kenyataannya ... orang yang sangat ingin aku hindari saat itu adalah orang yang sangat aku sayang di saat berikutnya.
Dia sahabatku. Bangga sekali aku mengenalnya. Meskipun banyak yang bertanya bagaimana cara kami berkomunikasi. *Hehe, ternyata yang nganggap dia aneh nggak cuma aku*. Meskipun dia sering memarahiku, memukulku (*KDRT bangetts dah*). Tapi semua itu membuatku semakin menyayanginya. Saat dia dihianati, saat dia kecewa, saat dia terluka, saat dia tertawa, saat dia bahagia, semua itu aku seakan merasakannya. Kemudian saat aku senang, saat aku sedih, saat aku sendiri, seakan dia pun merasakannya dan dia pun hadir untukku.
Sahabatku, pelengkap hidupku.
Meskipun terkadang (*sering*) kami berselisih paham dan debat itu (*sering*) dimenangkan olehnya.
Meskipun terkadang aku suka sok tahu dan membuatnya jadi kesal setengah mati sampe ingin menelanku hidup-hidup.
Saat kami sama-sama bertemu, papasan, atau melihat orang yang kami suka. Heboh sendiri. Kayak orang gila. (*emang gila sih*)
Saat pamer karya masing-masing. Saat pamer komik. Saat pamer video. Saat pamer lagu. Saat aku baru mengenal Naruto dan dia langsung nyerocos melulu dengan songongnya mengajariku ini itu (*makasih banget buat ilmunya*). Saat makan bersama. Saat sama-sama makan mie ayam (*kayak gak ada makanan lain, kalo ketemu pasti ngajaknya mie ayam*). Saat dia nginep di rumahku dan aku nginep di rumahnya (*dia sebel setengah mati kalau sadar frekuensi dia nginep di rumahku lebih banyak daripada saat aku nginep di rumahnya*). Saat kita bersama...
Cerita ini itu. Ngayal ini itu. Bahas ini itu. Segalanya.
Tuker-tukeran diary(*kayak orang pacaran, wex*).
Sok mesra bangets, kemana-mana berdua.
Janjian mau masuk kuliah di tempat yang sama. Dia ambil sastra Jepang, aku setia di TI. Janjian ngekos bareng. Janjian bareng terus sampe ntar punya anak cucu mau tinggal di daerah yang sama.
Khayalan yang indah.
Dan akhirnya terbentur oleh kenyataan bahwa kami memang tidak ditakdirkan bersama untuk jenjang berikutnya.
Orangtuanya tidak mengijinkan anak terakhir mereka untuk kuliah di luar kota. Banyak hal sudah dilakukan. Air matanya pun sudah terus mengalir karena hal satu ini. Sementara aku hanya bisa melihatnya, memberikan support tanpa bisa bertindak lebih jauh. Sedih melihatnya begitu, makin sedih begitu menyadari bahwa kami memang tak akan bersama lagi.
Dan jarak itu pun hadir.
Awalnya semua baik. Baik. Baik. Sampai aku yang memulainya. Aku yang membuatnya tak nyaman dengan kebersamaan kita. Aku membuatnya merasa tersingkir. Aku, yang lebih mementingkan egoku tanpa bermaksud melupakannya, ternyata telah melukainya.
Dan luka itu tidak semakin menutup, malah semakin besar, karenaku.
Dia yang terluka olehku. Sakit hatinya lebih dalam ketika dia merasa dihianati dulu.
Dan aku... telah melukai orang yang dulunya sangat ku bela, sangat ku banggakan, sangat ku sanjung, sangat ku sayang... Aku telah menghunus pisau itu. Pisau kecil yang sangat tajam. Membuatnya menjauh, dan semakin menjauhiku. Membuatnya ingin menguburku dalam kenangannya yang terdalam. Membuatnya ingin melupakanku. Membuatnya menyesal karena telah mengenalku...
Dan ... aku ... pun ... menyesal ...
Sesal yang sama sekali tak bisa merubah keadaan. Sesal yang membuatku tidak bisa berpikir jernih untuk kembali merengkuhnya dalam pelukanku. Sesal yang membuatku hanya bisa diam. Untuk meminta maaf pun rasanya tak kuat. Begitu pengecut dan lemahnya aku. Begitu EGOISnya diriku. Hanya memikirkan diriku sendiri tanpa memikirkan bagaimana perasaannya.
Menangisku disini tanpa air mata. Seakan semua air mataku ikut terserap oleh tangisannya yang terus keluar hanya untukku. Hanya untuk merasakan sakit hatinya padaku. Betapa berdosanya aku. Dulu, dia menangis menatapku. Sekarang, dia menangis memunggungiku. Jahatnya aku.
Aku adalah Naruto. Dia adalah Sasuke. Begitu kata kami dulu.
Naruto dan Sasuke, awalnya mereka bertengkar, dan bersahabat, saling menyayangi seperti keluarga. Kemudian, Sasuke pergi menghianati desanya. Menganggap Naruto musuhnya. Mereka bermusuhan, tapi masih saling menyayangi.
Tapi kenapa sekarang, sepertinya Sasuke yang terluka ??
Maafkan aku, sahabatku ...
Kau sangat terluka olehku ? Kau ingin memukulku ? Kau ingin memakiku ? Lakukanlah...
Kau ingin menjauhiku ?
Jika itu membuatmu nyaman, jika itu membuat lukamu perlahan sembuh, lakukanlah ...
AKu tak ingin, kau di dekatku, tapi kau merasa sakit.
Terbanglah jika kau merasa berada dalam sangkarku yang terlalu kuat sehingga kau merasa terjepit.
Maafkan aku...
Sampai kapanpun aku tetap menyayangimu. Kau akan selalu ada dalam lubuk hatiku yang terkecil sekalipun.
Maafkan aku, yang akan selalu menyimpan bulumu yang terjatuh ketika kau pergi.
Maafkan aku ...
Mianhae ...
Kau akan selalu ada di hatiku ...
Waktu terasa semakin berlalu, tinggalkan cerita tentang kita...
Akan tiada lagi kini tawamu, tuk hapuskan semua sepi di hati...
Ada cerita tentang aku dan dia, dan kita bersama saat dulu kala...
Ada cerita tentang masa yang indah, saat kita berduka saat kita tertawa...
TERINGAT DI SAAT KITA TERTAWA BERSAMA, CERITAKAN SEMUA TENTANG KITA
Muter lagu di Jet Audio tersayang, tiba-tiba terdengar alunan suara Ariel mengalun ketika masih dengan Peterpan-nya.
“Semua Tentang Kita”, itu judul lagunya. Lagu jaman dulu kala dan memang akhirnya mengingatkanku pada masa-masa itu.
Paling ngena banget pas di bait yang ini :
Ada cerita tentang aku dan dia, dan kita bersama saat dulu kala…
Ada cerita tentang masa yang indah, saat kita berduka saat kita tertawa …
…
Teringat disaat kita tertawa bersama, ceritakan semua tentang kita …
Rindu … Rindu … Rindu … Aku benar-benar rindu saat itu.
Rindu padanya. Ingin bertemu. Ingin mengulang kembali masa-masa itu.
Tapi kurasa itu tak mungkin.
Karena semua bermula dari kesalahanku, dan itu merubah segalanya…
My Lovely Friend, seseorang yang kutemui waktu masih polos-polosnya di tahun kedua SMK (*polosss?? Huwexx*). Dia muncul saat aku sedang berjuang melewati rasa sakit hatiku, dikhianati dan dipermainkan oleh beberapa oknum yang sepertinya juga tidak (pernah) sadar bahwa mereka sudah menyakiti hati seseorang disini. Saat mencoba untuk bangkit, membaur bersama orang-orang yang masih terasa asing bagiku. Mencoba mengakrabkan diri dengan mereka yang keberhasilannya hanya sebatas 50%. Saat itulah, dia muncul. Dengan raut muka yang sedikit agak kurang bersahabat, kata-kata yang selalu keluar seenaknya yang terkadang bisa menyakiti hati orang yang mendengar, tangan ringannya yang saaangat ringan sehingga bisa memukul orang seenaknya, maniak komik, anime, dan jepang yang menular sehingga bisa membuatku juga ikut-ikutan jadi 'otaku'.
Awalnya sama sekali tak berniat untuk mengenalnya lebih dalam. Takut tiba-tiba digigit kalo dia mulai marah. Takut tiba-tiba dikaplok kalo dia lagi kesel. Pokoknya warning-warning deh sama manusia satu ini. Tapi kenyataannya ... orang yang sangat ingin aku hindari saat itu adalah orang yang sangat aku sayang di saat berikutnya.
Dia sahabatku. Bangga sekali aku mengenalnya. Meskipun banyak yang bertanya bagaimana cara kami berkomunikasi. *Hehe, ternyata yang nganggap dia aneh nggak cuma aku*. Meskipun dia sering memarahiku, memukulku (*KDRT bangetts dah*). Tapi semua itu membuatku semakin menyayanginya. Saat dia dihianati, saat dia kecewa, saat dia terluka, saat dia tertawa, saat dia bahagia, semua itu aku seakan merasakannya. Kemudian saat aku senang, saat aku sedih, saat aku sendiri, seakan dia pun merasakannya dan dia pun hadir untukku.
Sahabatku, pelengkap hidupku.
Meskipun terkadang (*sering*) kami berselisih paham dan debat itu (*sering*) dimenangkan olehnya.
Meskipun terkadang aku suka sok tahu dan membuatnya jadi kesal setengah mati sampe ingin menelanku hidup-hidup.
Saat kami sama-sama bertemu, papasan, atau melihat orang yang kami suka. Heboh sendiri. Kayak orang gila. (*emang gila sih*)
Saat pamer karya masing-masing. Saat pamer komik. Saat pamer video. Saat pamer lagu. Saat aku baru mengenal Naruto dan dia langsung nyerocos melulu dengan songongnya mengajariku ini itu (*makasih banget buat ilmunya*). Saat makan bersama. Saat sama-sama makan mie ayam (*kayak gak ada makanan lain, kalo ketemu pasti ngajaknya mie ayam*). Saat dia nginep di rumahku dan aku nginep di rumahnya (*dia sebel setengah mati kalau sadar frekuensi dia nginep di rumahku lebih banyak daripada saat aku nginep di rumahnya*). Saat kita bersama...
Cerita ini itu. Ngayal ini itu. Bahas ini itu. Segalanya.
Tuker-tukeran diary(*kayak orang pacaran, wex*).
Sok mesra bangets, kemana-mana berdua.
Janjian mau masuk kuliah di tempat yang sama. Dia ambil sastra Jepang, aku setia di TI. Janjian ngekos bareng. Janjian bareng terus sampe ntar punya anak cucu mau tinggal di daerah yang sama.
Khayalan yang indah.
Dan akhirnya terbentur oleh kenyataan bahwa kami memang tidak ditakdirkan bersama untuk jenjang berikutnya.
Orangtuanya tidak mengijinkan anak terakhir mereka untuk kuliah di luar kota. Banyak hal sudah dilakukan. Air matanya pun sudah terus mengalir karena hal satu ini. Sementara aku hanya bisa melihatnya, memberikan support tanpa bisa bertindak lebih jauh. Sedih melihatnya begitu, makin sedih begitu menyadari bahwa kami memang tak akan bersama lagi.
Dan jarak itu pun hadir.
Awalnya semua baik. Baik. Baik. Sampai aku yang memulainya. Aku yang membuatnya tak nyaman dengan kebersamaan kita. Aku membuatnya merasa tersingkir. Aku, yang lebih mementingkan egoku tanpa bermaksud melupakannya, ternyata telah melukainya.
Dan luka itu tidak semakin menutup, malah semakin besar, karenaku.
Dia yang terluka olehku. Sakit hatinya lebih dalam ketika dia merasa dihianati dulu.
Dan aku... telah melukai orang yang dulunya sangat ku bela, sangat ku banggakan, sangat ku sanjung, sangat ku sayang... Aku telah menghunus pisau itu. Pisau kecil yang sangat tajam. Membuatnya menjauh, dan semakin menjauhiku. Membuatnya ingin menguburku dalam kenangannya yang terdalam. Membuatnya ingin melupakanku. Membuatnya menyesal karena telah mengenalku...
Dan ... aku ... pun ... menyesal ...
Sesal yang sama sekali tak bisa merubah keadaan. Sesal yang membuatku tidak bisa berpikir jernih untuk kembali merengkuhnya dalam pelukanku. Sesal yang membuatku hanya bisa diam. Untuk meminta maaf pun rasanya tak kuat. Begitu pengecut dan lemahnya aku. Begitu EGOISnya diriku. Hanya memikirkan diriku sendiri tanpa memikirkan bagaimana perasaannya.
Menangisku disini tanpa air mata. Seakan semua air mataku ikut terserap oleh tangisannya yang terus keluar hanya untukku. Hanya untuk merasakan sakit hatinya padaku. Betapa berdosanya aku. Dulu, dia menangis menatapku. Sekarang, dia menangis memunggungiku. Jahatnya aku.
Aku adalah Naruto. Dia adalah Sasuke. Begitu kata kami dulu.
Naruto dan Sasuke, awalnya mereka bertengkar, dan bersahabat, saling menyayangi seperti keluarga. Kemudian, Sasuke pergi menghianati desanya. Menganggap Naruto musuhnya. Mereka bermusuhan, tapi masih saling menyayangi.
Tapi kenapa sekarang, sepertinya Sasuke yang terluka ??
Maafkan aku, sahabatku ...
Kau sangat terluka olehku ? Kau ingin memukulku ? Kau ingin memakiku ? Lakukanlah...
Kau ingin menjauhiku ?
Jika itu membuatmu nyaman, jika itu membuat lukamu perlahan sembuh, lakukanlah ...
AKu tak ingin, kau di dekatku, tapi kau merasa sakit.
Terbanglah jika kau merasa berada dalam sangkarku yang terlalu kuat sehingga kau merasa terjepit.
Maafkan aku...
Sampai kapanpun aku tetap menyayangimu. Kau akan selalu ada dalam lubuk hatiku yang terkecil sekalipun.
Maafkan aku, yang akan selalu menyimpan bulumu yang terjatuh ketika kau pergi.
Maafkan aku ...
Mianhae ...
Kau akan selalu ada di hatiku ...
Waktu terasa semakin berlalu, tinggalkan cerita tentang kita...
Akan tiada lagi kini tawamu, tuk hapuskan semua sepi di hati...
Ada cerita tentang aku dan dia, dan kita bersama saat dulu kala...
Ada cerita tentang masa yang indah, saat kita berduka saat kita tertawa...
TERINGAT DI SAAT KITA TERTAWA BERSAMA, CERITAKAN SEMUA TENTANG KITA
kalau kau baca ini ...
BalasHapusmaafkan aku ...
terserah apa yang ada di pikiranmu ...
aku hanya ingin minta maaf secara tak langsung ,,,